Hilal menjadi tanda berakhirnya bulan dalam penanggalan Islam untuk memasuki bulan baru. Biasanya, pengamatan hilal dilakukan untuk menentukan jatuhnya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Penentuan hilal dipelajari
dalam Ilmu Falak. Dalam Ilmu Falak, hilal merupakan bulan baru atau sabit
pertama setelah ijtima'. Ijtima' merupakan konjungsi geosentris di mana posisi
bumi dan bulan berada di bujur yang sama jika diamati dari bumi sesaat setelah
matahari terbenam. Lalu apa itu hilal ? dan Bagaimana bentuknya ?
Apa itu Hilal ?
Hilal merupakan bulan sabit muda pertama yang terlihat setelah terjadi konjungsi dekat matahari terbenam. Hilal juga dijadikan sebagai penentuan awal bulan dalam kalender Islam. Umumnya, hilal diamati di hari ke-29 dari kalender Islam untuk mengetahui terjadinya pergantian bulan.
Bentuk hilal yang tipis, serta kesempatan atau rentang waktu untuk melihat hilal yang sangat sempit membuatnya hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang ahli.
Dikutip dari Jurnal Keislaman dan Kebudayaan (UNIVERSUM), menurut Imam
Syaukani dalam kitabnya "Fathu al-Qadir al-Jami' Baina Fanni al-Riwayah wa
al-Dirayah min Ilmi al-Tafsir" diterangkan bahwasanya (ةِ َّ الأهل ِ ) jamak
dari (لﻼ ا ) yang artinya muncul setiap bulannya (bulan sabit) atau muncul
setiap harinya (bulan sempurna).
Hilal muncul sebagai penentu
perbedaan waktu dan alat untuk menentukan kapan waktu beribadah kepada Allah
SWT. Sedangkan menurut Imam Sayukani, hilal merupakan sebuah nama bulan yang
muncul di setiap awal bulan dan akhir bulan.
Bagaimana Cara Melihat Hilal ?
Untuk melihat hilal, ada tiga metode cara yang bisa dilakukan:
- Mata telanjang.
- Alat bantu optik tapi tetap mengandalkan mata.
- Alat bantu optik dengan sensor atau kamera.